Jumat, 22 Mei 2015

Sore


Tulisan oleh Angga Wiradiputra | @hitosick
Foto oleh Wiwin Fitriyani | @wiwinwfy
_____


Sore, ketika kita akhirnya bisa bercerita, tertawa, melepas lelah dan berteduh setelah siang yang terik. Bagaimana pagimu? apakah masih terasa sejuk? Bagaimana siangmu? apakah masih terlalu terik? Dan apakah debu-debu itu masih selalu menghantam mukamu yang penuh peluh?

Mari bicarakan disini, saat ini, sore ini.

Kau boleh melonggarkan dasi yang mengikat erat di kerah bajumu, dengan segelas teh hangat dan lelucon garing yang hanya kita yang bisa mengerti itu, maka kita mulai melupakan siang yang terik dengan debu yang selalu yang selalu menghantam peluh. Setidaknya kita masih punya beberapa jam sebelum malam. Maka cukuplah kita hanya bercerita yang menyenangkan, dan keluh kesah sudahlah lupakan saja, jangan sampai mengganggu sore ini.

Tertawa saja teman jangan sungkan, pancarkan binar matamu, biar aku ingat dan aku simpan sebelum malam, karena malam biasanya terlalu gelap untuk aku melihat senyummu, dan melihat arah pandangan matamu ketika aku bercerita.

Sore ini seharusnya menjadi milik kita. Karena pagi biasanya menjadi milik 'bos'mu yang memintamu untuk datang tepat waktu, membuatmu selalu berpacu dengan gerutu karena merasa malammu belum cukup panjang, sehingga akan berat bagimu meninggalkan malam untuk menyambut pagi. Dan siangmu biasanya menjadi milik kekasihmu yang memintamu untuk menemaninya makan siang, membelai rambutnya, dan menggenggam tangannya. Jadi...

Sore ini, cerita ini, dan tertawaan ini seharusnya menjadi milik kita. Sebelum aku atau kamu yang pergi.

Nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar