Senin, 18 Februari 2013

dongeng kamar seram

foto dokumentasi oleh wiwin wfy


Tulisan oleh : morp

Saya teringat waktu caki membuat page bernama house of horror. Sebutan saya untuk rumah atau lebih tepatnya adalah kamar yang berletak di bilangan ciledug pinggiran jakarta selatan mepet banget sama tangerang. Tempat saya singgah kalau malas pulang kerumah, tempat saya mengerjakan tugas kelompok dari kampus, dan berujung pada pembelian minuman khas lokal hingga terbentuk secara otomatis suatu komunitas anak-anak jurusan komunikasi visual yang mau berkarya. Itu niat awal house of horror.

Bercerita tentang tempat ini. Kamar berukuran kurang lebih dari 5x5 m ini berwarna pink awalnya, mempunyai lampu bercahaya mendekati remang-remang di satu sisi, mempunyai satu buah komputer, sampah bekas makanan instan dan abu rokok selalu berserakan di lantainya yang berkarpet kumal, banyak coretan keluh kesah di temboknya, serta terbuka bagi siapa saja 24 jam. Namun, hanya cukup sepuluh orang disana dan sudah kehabisan nafas. Atas dasar faktor negatif-positif itu teman-teman sering menyempatkan diri main di kamar ini dari malam belum larut sampai pagi kesiangan. Kamar ini seram, banyak sekali kejadian dimana suara-suara aneh terdengar, benda-benda bergerak sendiri (sampai cursor bergerak sendiri). Tapi saya sendiri tidak pernah mengalaminya, pengalaman tadi diceritakan oleh caki yang punya kamar dan beberapa teman.

Di kamar ini adalah tempat saya pertama menggambar secara besar. Ya besar bagi saya, namun pasti biasa bagi orang-orang. Besar bagi saya, namun ini masih karya sepele. Sebuah gambar manusia berkepala televisi, menceritakan media besar yang selalu meracuni kita setiap hari merubah pola berpikir dan mempengaruhi tindakan orang-orang. Media itu 'berbahaya'.

tv man - morp 2011
Saya berpikir efek media itu luar biasa lalu mengapa kita semua tidak menjadi media saja? mengabarkan hal yang kita suka dan menyebarkan hal positif untuk perubahan yang lebih baik itu membuat siapa saja senang. Pemikiran seperti ini terbersit sewaktu melihat kondisi kampus saya yang sepi dan jarang ada pergerakan dalam hal berkarya.

Pergerakan aktif memang tidak mudah, tapi kalau sedikit-sedikit dilakukannya dan secara rutin maka akan terlihat hasilnya, terlebih lagi jika dilakukan secara ikhlas dan penuh kecintaan. Seperti melihat kesenian, segalanya akan terasa asyik.

Dimulailah proyek membuat zine. Saya mengerjakannya bersama wiwin wfy, pacar saya. Zine murah tapi belum gratis dengan kemasan yang masih mentah ini di produksi sebanyak 40 buah saja. Memuat hal yang kami suka dengan bantuan submitter lintas kota provinsi karena bantuan internet. Ketagihan adalah efek lanjutannya, saya mendapat teman-teman dan ilmu-limu baru yang sebelumnya belum saya ketahui dari komunitas zine diluar sana. Pengalaman yang seru.

Kamar ini sudah tidak ditempati kini. Penghuninya sudah pindah dan bukan di daerah petukangan lagi.
Disaat menulis ini, saya masih berharap kesenangan ini harus terus dilanjutkan.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar