foto : dokumen ANTI-TANK |
Tulisan ini pernah dimuat di house of horror zine vol. 1 bagaimana anti-tank menceritakan asal mula dia merajah tembok kota dan semangat perlawanannya. (morp)
ANTI-TANK adalah sebuah proyek kecil-kecilan yang saya mulai sejak 2003, di sebuah kota kecil Pematangsiantar,
SUMUT. Ini adalah proyek pribadi berdasarkan inisiatif dan spontanitas saja
pada awal kelahirannya. Kelahirannya berasal dari sebuah scene punk di sana,
yang awalanya hanyalah bertujuan sebagai nama band saya. Saya membawa nama ANTI-TANK kepada teman - teman sebagai alternatif pencarian nama band. Dan berita
hebatnya akhirnya nama itu tidak disetujui oleh semua anggota, dan hebatnya
lagi band itu bubar tanpa menghasilkan apa pun, kecuali menghabiskan waktu
untuk bersenang - senang.
Setelah mimpi akan band itu terlupakan, saya
memakai nama ANTI-TANK untuk semua proyek pribadi saya. Seperti membuat
emblem, komik, poster, zine dan berbagai artwork pesanan teman. Saya memilih
nama ANTI-TANK untuk semua proyek saya adalah karena saya tak mungkin
menggunakan nama Andrew pada setiap karya dan karena saya memang menyukai
sebuah konsep nama yang melibatkan unsur kata "ANTI". Ini dikarenakan
untuk iklim punk di daerah saya, scenenya bisa terbilang primitif dan politis (meski juga tidak politis amat) Sebahagian besar dari kita masih tertarik
dengan isu-isu politis dan menomor sekiankan cerita tentang musik dan genre-genre nya. Jadi isu yang beredar disekeliling kita adalah isu seputar anti
militerisme, anti globalisasi, anti fasisme/rasisime dan ke anti-anti an
lainnya. maka dari sana saya pikir saya harus menggunakan unsur ANTI tersebut
pada nama yang ingin saya bentuk.
Kemudian saya menemukan "TANK" -nya
ketika menonton berita di tv tentang militan yang menghancurkan tank Amerika
dengan senjata roket ANTI-TANK. Wow! ini dia yang saya cari! "TANK"
tersebut adalah sebuah simbolisasi sempurna dari militerisme yang dulu banyak
mempengaruhi pola pikir kita di scene punk. Dan dari situlah nama ANTI-TANK
berasal.
Aktivitas ANTI-TANK di awal kelahirannya
banyak berkisar pada pembuatan artwork personal atau poster gig atau poster
protes yang saya buat untuk protes ini itu. Walau hanya fotokopian dan
berukuran A4, saya sangat menikmatinya. Mulai dari ide, proses pengerjaan
hingga eksekusinya. Meskipun saya tidak pernah tahu bahwa itu ternyata dikenal
dengan sebuah tehnik street art wheatpaste. Tapi bagi saya ketika itu poster
adalah sebuah hal yang harus saya lakukan dan sangat tak mungkin untuk
mengabaikannya. Poster dan menggambar adalah hal yang sangat penting kala itu.
Poster-poster itu saya tempel di beberapa tempat sepanjang jalan dari SMA
saya hingga ke rumah. Saya melakukannya disiang bolong dan sendirian, menempel
nya dengan begitu polosnya lengkap dengan seragam sekolah dan tidak sadar bahwa
itu adalah ilegal! Tapi tentu disaat itu dimasa dimana internet belum seperti
sekarang tak ada yang begitu peduli dengan poster asal - asalan itu. Disamping
saya menempelinya di jalanan saya juga membagikannya kepada teman - teman yang
berminat. Bagi saya ide tentang melakukan dan berbagi sesuatu adalah sebuah
ketertarikan bagi saya.
foto : dokumen ANTI-TANK |
Ketika saya tiba di Yogyakarta untuk melanjutkan kuliah, barulah saya membawa ANTI-TANK kepada wujudnya yang sekarang. Ketika saya melihat kemegahan mural dan graffiti, poster dan stiker, Taring padi dan Apotik Komik, semangat dan gairah, kegilaan dan keberanian, disitulah saya semakin tak bisa tidur. Bagaimana mungkin saya bisa pura - pura tidak melihat dan mengabaikan apa yang dilakukan oleh orang - orang itu pada tembok tinggi di Sagan, pada apa yang terjadi dengan pertempuran cat semprot di Jokteng, Kusumanegara, Tugu dan puluhan spot lainnya yang semakin hari semakin gila dan menggairahkan. Disetiap pagi ketika saya harus pergi kekampus dan melihat semua keriuhan karya - karya baru masih basah sisa pertempuran tadi malam. Saya pikir saya harus ikut ambil bagian dengan apa yang terjadi di sini. Tak mungkin diam saja, membudakkan diri pada hegemoni kampus.
Jadi pada dasarnya apa yang sedang saya lakukan sekarang adalah bagian dari praktik mata pelajaran paling fundamental dari kultur punk yaitu Do It Yourself nya. DIY adalah hal yang saya yakini hingga sekarang. Melakukan apapun yang saya sukai dan yakini, tanpa harus peduli dan menghabiskan energi pada lingkar kotak defenitif semu dekonstruktif tak penting. Entah DIY itu bermuara pada politik, seni, komunitas, perilaku, teman atau percintaan. Ahh...
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar